SISTEM INA-CBG’S
SISTEM INA-CBG’S adalah kependekan dari Indonesia Case Base Group’s. SISTEM INA-CBG’S adalah aplikasi yang digunakan sebagai aplikasi pengajuan klaim Rumah Sakit, Puskesmas dan semua Penyedia Pelayanan Kesehatan (PPK) bagi masyarakat miskin Indonesia.
Sistem Casemix INA-CBG’S adalah suatu
pengklasifikasian dari episode perawatan pasien yang dirancang untuk
menciptakan kelas-kelas yang relatif homogen dalam hal sumber daya yang
digunakan dan berisikan pasien2 dengan karakteristik klinik yang
sejenis.(George Palmer, Beth Reid). Case Base Groups (CBG’s), yaitu cara
pembayaran perawatan pasien berdasarkan diagnosis-diagnosis atau
kasus-kasus yang relatif sama. Rumah Sakit akan mendapatkan pembayaran
berdasarkan rata-rata biaya yang dihabiskan oleh untuk suatu kelompok
diagnosis.
Dalam pembayaran menggunakan SISTEM INA-CBG’S,
baik Rumah Sakit maupun pihak pembayar tidak lagi merinci tagihan
berdasarkan rincian pelayanan yang diberikan, melainkan hanya dengan
menyampaikan diagnosis keluar pasien dan kode DRG (Disease Related Group).
Besarnya penggantian biaya untuk diagnosis tersebut telah disepakati
bersama antara provider/asuransi atau ditetapkan oleh pemerintah
sebelumnya. Perkiraan waktu lama perawatan (length of stay) yang akan dijalani oleh pasien juga sudah diperkirakan sebelumnya disesuikan dengan jenis diagnosis maupun kasus penyakitnya.
INA-CBG’S merupakan kelanjutan dari aplikasi INA-DRG yang lisensinya berakhir pada tanggal 30 September 2010 lalu. (Untuk diketahui, pemerintah harus membayar lisensi sebesar 4 miliar untuk INA-DRG). INA-CBG’S menggantikan fungsi dari aplikasi INA-DRG. SISTEM INA-CBG’S adalah ciptaan anak bangsa dengan tetap mengadopsi sistem DRG.
Aplikasi INA-CBG’S, lebih real dibandingkan dengan INA-DRG karena menekankan pendekatan prosedur dibanding diagnosa, sementara aplikasi INA-CBG’S lebih mengedepankan diagnosa dibandingkan prosedur.
SISTEM INA-CBG’S telah diterapkan di beberapa RSUD di seluruh Indonesia. Tarif sistem INA-CBG’S diharapkan akan lebih efisien. Namun pelaksanaan INA-CBG’S
dalam rangkaian pelaksanaan Program Jamkesmas masih banyak menghadapi
kendala, salah satunya mengenai penggantian biaya operasional RS,
berkisar pada paket INA-CBG’S ternyata beberapa ada yang berada di bawah tarif RS, diantaranya :
-
Kasus penyakit tetanus dewasa yang dirawat inap,
-
Semua kasus persalinan dengan seksio sesaria.
-
Paket apendiktomi
-
Rawat inap pasien dengan luka bakar lebih dari 30%
-
Kasus Diabetes mellitus (IDDM) yang bergantung pada insulin injeksi.
-
Pengadaan darah transfusi pada pasien dengan operasi elektif
-
Dan semua kekurangan yang cukup besar yang harus ditambah oleh RS dan untuk mengatasi kekurangan ini pihak RS melakukan subsidi silang sehingga semua biaya operasional bisa tertutup.
MANFAAT PENGGUNAAN INA-CBG’S
BAGI PASIEN
-
Adanya kepastian dalam pelayanan dengan prioritas pengobatan berdasarkan derajat keparahan
-
Dengan adanya batasan pada lama rawat (length of stay) pasien mendapatkan perhatian lebih dalam tindakan medis dari para petugas rumah sakit, karena berapapun lama rawat yang dilakukan biayanya sudah ditentukan.
-
Mengurangi pemeriksaan dan penggunaan alat medis yang berlebihan oleh tenaga medis sehingga mengurangi resiko yang dihadapi pasien.
BAGI RUMAH SAKIT
-
Rumah Sakit mendapat pembiayaan berdasarkan kepada beban kerja sebenarnya.
-
Dapat meningkatkan mutu & efisiensi pelayanan Rumah Sakit.
-
Dokter atau klinisi dapat memberikan pengobatan yang tepat untuk kualitas pelayanan lebih baik berdasarkan derajat keparahan, meningkatkan komunikasi antar spesialisasi atau multidisiplin ilmu agar perawatan dapat secara komprehensif serta dapat memonitor QA dengan cara yang lebih objektif.
-
Perencanaan budget anggaran pembiayaan dan belanja yang lebih akurat.
-
Dapat untuk mengevaluasi kualitas pelayanan yang diberikan oleh masing-masing klinisi.
-
Keadilan (equity) yang lebih baik dalam pengalokasian budget anggaran.
-
Mendukung sistem perawatan pasien dengan menerapkan Clinical Pathway.
BAGI PENYANDANG DANA PEMERINTAH (PROVIDER)
-
Dapat meningkatkan efisiensi dalam pengalokasian anggaran pembiayaan kesehatan.
-
Dengan anggaran pembiayaan yang efisien, equity terhadap masyarakat luas akan akan terjangkau.
-
Secara kualitas pelayanan yang diberikan akan lebih baik sehingga meningkatkan kepuasan pasien dan provider/Pemerintah.
-
Penghitungan tarif pelayanan lebih objektif dan berdasarkan kepada biaya yang sebenarnya.
Dalam pelaksanaan Case Mix INA-CBGs, peran
koding sangat menentukan, dimana logic software yang digunakan untuk
menetukan tarif adalah dengan pedoman ICD 10 untuk menentukan diagnosis
dan ICD 9 CM untuk tindakan atau prosedur. Besar kecilnya tarif yang
muncul dalam software INA-CBGs ditentukan oleh Diagnosis dan Prosedur.
Kesalahan penulisan diagnosis akan mempengaruhi tarif. Tarif bisa
menjadi lebih besar atau lebih kecil. Diagnosis dalam kaidah CBGs, harus
ditentukan diagnosa utama dan diagnosa penyerta. Diagnosa penyerta terdiri dari Komplikasi dan Komorbiditas.
Diagnosis penyerta juga dapat mempengaruhi besar
kecilnya tarif, karena akan mempengaruhi level severity (tingkat
keparahan) yang diderita oleh pasien. Logikanya pasien yang dirawat
terjadi komplikasi, maka akan mempengaruhi lama perawatan di rumah
sakit. Jika lama perawatan bertambah lama dibanding tidak terjadi
komplikasi, maka akan menambah jumlah pembiayaan dalam perawatan.
Jika terdapat lebih dari satu diagnosis maka dipilih
satu diagnosis yang paling banyak menggunakan resources (SDM, bahan
pakai habis, peralatan medik, tes pemeriksaan dan lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar